Beranda | Artikel
Di Antara Keutamaan Tauhid
Kamis, 11 Juli 2024

Syekh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah menyebutkan berbagai keutamaan yang akan diraih oleh seorang insan dengan tauhid sebagai berikut.

Tauhid adalah sebab utama untuk menemukan jalan keluar atas segala kesusahan dunia dan akhirat serta untuk menolak berbagai hukuman (siksa).

Tauhid akan menghalangi pelakunya dari kekal di dalam neraka, selama di dalam hatinya masih tersisa iman walaupun hanya seberat biji sawi.

Dan apabila iman (tauhid) yang terdapat di dalam hatinya sempurna, niscaya hal itu akan menjadi penghalang baginya dari segala macam siksa neraka.

Pemilik tauhid akan mendapatkan petunjuk yang sempurna dan keamanan yang sepenuhnya di dunia maupun di akhirat.

Tauhid merupakan satu-satunya jalan untuk menggapai rida Allah dan pahala dari-Nya. Dan orang yang paling berbahagia dengan syafaat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah yang mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas (bebas dari syirik, pent) dari dalam lubuk hatinya.

Segala bentuk amalan lahir maupun batin hanya akan diterima, sempurna, dan mendapatkan pahala di sisi Allah jika dibarengi dengan tauhid. Sehingga, apabila tauhid dan keikhlasan seorang hamba semakin sempurna, niscaya perkara-perkara ini pun menjadi sempurna dan diperolehnya secara utuh.

Tauhid akan meringankan hamba dalam melakukan kebaikan dan meninggalkan berbagai kemungkaran. Selain itu, tauhid akan menghiburnya saat tertimpa berbagai bentuk musibah. Seorang yang ikhlas kepada Allah dalam keimanan dan tauhidnya, niscaya akan terasa ringan baginya ketaatan-ketaatan, sebab dia senantiasa mengharap pahala dari Rabbnya dan keridaan-Nya.

Demikian pula, akan terasa mudah baginya untuk meninggalkan apa-apa yang disenangi oleh hawa nafsunya berupa kemaksiatan, karena dia khawatir akan murka dan hukuman-Nya

Apabila tauhid sempurna di dalam hati seseorang, maka Allah akan membuatnya mencintai keimanan dan membuat hal itu terasa indah di dalam hatinya. Dan Allah membuat kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan menjadi hal yang dia benci, kemudian Allah akan menjadikan orang tersebut sebagai orang-orang yang mengikuti petunjuk dan meniti jalan yang benar.

Tauhid juga akan meringankan hal-hal yang dirasa tidak menyenangkan dan membuat terasa ringan berbagai derita yang harus dirasakan. Maka, seorang hamba akan bisa menghadapi beratnya beban dan derita dengan penuh kelapangan apabila dia memiliki kesempurnaan tauhid dan keimanan. Sehingga, beban dan derita akan dihadapinya dengan hati yang lapang, jiwa yang tenang, serta senantiasa pasrah dan rida terhadap takdir Allah yang terasa menyakitkan.

Tauhid juga menjadi sebab terbebasnya seorang hamba dari penghinaan dan perendahan dirinya kepada sesama makhluk. Sehingga, ia akan terbebas dari cengkraman rasa takut, harap, atau beramal demi makhluk. Inilah hakikat kemuliaan yang sebenarnya dan kedudukan yang tinggi.

Dengan demikian, dia senantiasa memuja dan beribadah kepada Allah dan tidak mengharap, kecuali kepada-Nya. Tidak takut, kecuali kepada-Nya. Tidak bertobat dan taat, kecuali kepada-Nya. Dengan itulah, akan sempurna kebahagiaan dan tercapai keselamatan dirinya.

Di antara keutamaan tauhid yang tidak bisa disamai oleh amal apapun adalah jika tauhid itu sempurna di dalam hati serta terwujud secara utuh dalam bentuk keikhlasan yang murni, maka ia akan mengubah amal yang sedikit menjadi besar nilainya, amal dan ucapannya pun menumbuhkan pahala yang berlipat ganda tanpa batasan dan perhitungan.

Dan tatkala itulah kalimat ikhlas menjadi sangat berbobot di dalam timbangan amalnya. Sehingga langit dan bumi beserta para penghuninya pun tidak bisa mengimbangi bobot dan keutamaannya. Sebagaimana kisah si pemilik kartu laa ilaha illallah yang ditimbang dan mampu mengalahkan beratnya sembilan puluh sembilan gulungan catatan dosa, yang setiap gulungan panjangnya sejauh mata memandang. Tidaklah hal itu terjadi, kecuali karena kesempurnaan ikhlas orang yang mengucapkannya.

Di sisi lain, betapa banyak orang yang mengucapkan laa ilaha illallah, tetapi tidak mencapai tingkatan ini. Dikarenakan di dalam hatinya tidak terdapat tauhid dan keikhlasan yang sempurna yang setara atau mendekati apa yang tertanam di dalam hati hamba tersebut.

Tauhid adalah sebab Allah memberikan jaminan kemenangan dan kejayaan di dunia, sebab untuk meraih kemuliaan dan limpahan petunjuk, sebab untuk mendapatkan kemudahan, perbaikan keadaan, serta kelurusan ucapan dan perbuatan.

Allah akan menyingkirkan berbagai keburukan dunia dan akhirat bagi ahli tauhid dan kaum beriman. Dan Allah anugerahkan kepada mereka kehidupan yang baik, ketentraman, dan ketenangan dalam berzikir kepada-Nya.

(Lihat Al-Qaul As-Sadid fi Maqashid At-Tauhid, hal. 16-19, cet. Maktabah Al-‘Ilmu.)

Syekh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Seluruh isi Al-Qur’an berbicara tentang penetapan tauhid dan menafikan lawannya. Di dalam kebanyakan ayat, Allah menetapkan tauhid uluhiyah dan kewajiban untuk memurnikan ibadah kepada Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Allah pun mengabarkan bahwa segenap rasul hanyalah diutus untuk mengajak kaumnya supaya beribadah kepada Allah saja dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Allah pun menegaskan bahwa tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia, kecuali supaya mereka beribadah kepada-Nya. Allah juga menetapkan bahwasanya seluruh kitab suci dan para rasul, fitrah, dan akal yang sehat, semuanya telah sepakat terhadap pokok ini. Yang ia merupakan pokok paling mendasar di antara segala pokok ajaran agama.” (Lihat Al-Majmu’ah Al-Kamilah, 8: 23)

Syekh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata, “Segala kebaikan yang segera (di dunia) ataupun yang tertunda (di akhirat) sesungguhnya merupakan buah dari tauhid. Sedangkan segala keburukan yang segera ataupun yang tertunda, maka itu merupakan buah/dampak dari lawannya….” (Lihat Al-Qawa’id Al-Hisan Al-Muta’alliqatu Bi Tafsir Al-Qur’an, hal. 26.)

Syekh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan, “Akidah tauhid ini merupakan asas agama. Semua perintah dan larangan, segala bentuk ibadah dan ketaatan, semuanya harus dilandasi dengan akidah tauhid. Tauhid inilah yang menjadi kandungan dari syahadat “Laa ilaha illallah wa anna Muhammadar rasulullah.” Dua kalimat syahadat yang merupakan rukun Islam yang pertama. Maka, tidaklah sah suatu amal atau ibadah apa pun, tidaklah ada orang yang bisa selamat dari neraka dan bisa masuk surga, kecuali apabila dia mewujudkan tauhid ini dan meluruskan akidahnya.” (Lihat I’anat Al-Mustafid bi Syarh Kitab At-Tauhid, 1: 17, cet. Mu’assasah Ar-Risalah)

Syekh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata, “Sesungguhnya iman (pokok maupun cabang-cabangnya, batin maupun lahirnya) semuanya adalah keadilan, dan lawannya adalah kezaliman. Keadilan tertinggi dan pokok utamanya adalah pengakuan dan pemurnian tauhid kepada Allah, beriman kepada sifat-sifat Allah dan nama-nama-Nya yang terindah, serta mengikhlaskan agama (ketaatan) dan ibadah kepada-Nya. Adapun kezaliman yang paling zalim dan paling berat adalah syirik kepada Allah, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

 إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِیمࣱ

Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13).” (Lihat Bahjat Al-Qulub Al-Abrar, hal. 63 cet. Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah)

Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi rahimahullah mengatakan, “Al-Qur’an berisi pemberitaan tentang Allah, nama-nama-Nya, dan sifat-sifat-Nya. Inilah yang disebut dengan istilah tauhid ilmu dan pemberitaan. Selain itu, Al-Qur’an juga berisi seruan untuk beribadah hanya kepada-Nya yang tiada sekutu bagi-Nya serta ajakan untuk mencampakkan sesembahan selain-Nya. Itulah yang disebut dengan istilah tauhid kehendak dan tuntutan. Al-Qur’an itu juga berisi perintah dan larangan serta kewajiban untuk patuh kepada-Nya. Itulah yang disebut dengan hak-hak tauhid dan penyempurna atasnya. Selain itu, Al-Qur’an juga berisi berita tentang kemuliaan yang Allah berikan bagi orang yang mentauhidkan-Nya, apa yang Allah lakukan kepada mereka ketika masih hidup di dunia, dan kemuliaan yang dianugerahkan untuk mereka di akhirat. Itulah balasan atas tauhid yang dia miliki. Di sisi yang lain, Al-Qur’an juga berisi pemberitaan mengenai keadaan para pelaku kesyirikan, tindakan apa yang dijatuhkan kepada mereka selama di dunia, dan siksaan apa yang mereka alami di akhirat. Maka, itu adalah hukuman yang diberikan kepada orang yang keluar dari hukum tauhid. Ini menunjukkan bahwa seluruh isi Al-Qur’an membicarakan tentang tauhid, hak-haknya, dan balasan atasnya. Selain itu, Al-Qur’an pun membeberkan tentang masalah syirik, keadaan pelakunya, serta balasan atas kejahatan mereka.” (Lihat Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah dengan takhrij Al-Albani, hal. 89 cet. Al-Maktab al-Islami.)

Syekh Zaid bin Hadi Al-Madkhali rahimahullah berkata, “Patut dimengerti, sesungguhnya tidak ada seorang pun yang meninggalkan ibadah kepada Allah, melainkan dia pasti memiliki kecondongan beribadah kepada selain Allah. Mungkin orang itu tidak tampak memuja patung atau berhala. Tidak tampak memuja matahari dan bulan. Akan tetapi, sebenarnya dia sedang menyembah hawa nafsu yang menjajah hatinya sehingga memalingkan dirinya dari ketundukan beribadah kepada Allah.” (Lihat Thariq Al-Wushul ila Idhah Ats-Tsalatsah Al-Ushul, hal. 147)

Syekh Prof. Dr. Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili hafizhahullah berkata, “Barangsiapa mentadaburi Kitabullah serta membaca Kitabullah dengan penuh perenungan, niscaya dia akan mendapati bahwasanya seluruh isi Al-Qur’an, dari Al-Fatihah sampai An-Nas, semuanya berisi dakwah tauhid. Ia bisa jadi berupa seruan untuk bertauhid, atau bisa juga berupa peringatan dari syirik. Terkadang ia berupa penjelasan tentang keadaan orang-orang yang bertauhid dan keadaan orang-orang yang berbuat syirik. Hampir-hampir Al-Qur’an tidak pernah keluar dari pembicaraan ini. Ada kalanya ia membahas tentang suatu ibadah yang Allah syariatkan dan Allah terangkan hukum-hukumnya, maka ini merupakan rincian dari ajaran tauhid …” (Lihat Transkrip Syarh Al-Qawa’id Al-Arba’, hal. 22)

Semoga Allah beri taufik kepada kita semuanya untuk mengamalkan tauhid hingga akhir hayat. Amin.

***

Penyusun: Ari Wahyudi, S.Si.


Artikel asli: https://muslim.or.id/95971-di-antara-keutamaan-tauhid.html